Kamis, 28 Juni 2012

Sistem Informasi Berbasis Komputer Dengan Contoh Sistem Pakar





     Ada beberapa jenis sistem informasi berbasis komputer seperti diperlihatkan pada gambar di atas, saalah satunya adalah Sistem pakar. Sedikit saya jelaskan mengenai sistem informasi berbasis Komputer dengan contoh sistem pakar.
     Sistem informasi berbasis komputer secara umum adalah pemecahan masalah dengan menggunakan informasi, informasi dapat melalu lisan ataupun tulisan, dalam hal ini pemecahan masalah menggunakan informasi dengan memanfaatkan komputer.
       Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin (1992), sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh tenaga ahli dalam bidang yang bersangkutan.

Salah satu tenaga ahlinya adalah psikolog. Dengan adanya sistem informasi berbasis komputer maka dapat mempermudah pemecahan masalah dalam bidangnya. Contoh: Alat tes psikologi MBTI (Myer Briggs Type Indicator), fungsi alat tes ini adalah untuk membaca kepribadian. Alat tes MBTI secara komputerisasi lebih efektif dalam pemecahan masalah dan penggunaannya pun mudah. Alat ini bisa di dowload secara umum 

sumber:

  • www.smecda.com/e-book/SIM/Simbab2.pdf
  • ukyku.files.wordpress.com/2008/02/sistem-pakar-3.doc

Sawahlunto kampuang den nan tacinto


Kota Sawahlunto merupakan kota tambang, yang dimulai sejak ditemukannya cadangan batu bara di kota ini pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, yang kemudian sejak 1 Desember 1888 pemerintah Hindia-Belanda mulai melakukan investasi, yaitu ketika uang sebesar 5.5 juta gulden ditanamkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membangun berbagai fasilitas pengusahaan tambang batubara, dalam memenuhi kebutuhan industri dan transportasi masa itu. Dan kemudian peristiwa ini diabadikan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892, dan seiring dengan itu kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan pemukiman ini terus berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang.
Selanjutnya pemerintah Hindia-Belanda juga membangun jalur kereta api dengan biaya 17 juta gulden untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari kota Sawahlunto menuju kota Padang. Sebelumnya pada tahun 1888, jalur kereta api beroperasi hanya sampai ke Muara Kalaban dan kemudian baru mencapai kota Sawahlunto pada tahun 1894.
Sebelumnya kota ini juga merupakan kamp tahanan, dimana sampai tahun 1898 usaha tambang ini masih mengandalkan pekerja paksa yaitu narapaidana yang dipaksa bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Dan pada tahun 1908 untuk upah buruh paksa adalah sebesar 18 sen/hari dan jika membangkang dapat dikenakan sangsi hukum cambuk, upah buruh kontrak sebesar 32 sen/hari dan mendapatkan fasilitas tempat tinggal serta jaminan kesehatan. Sedangkan untuk buruh bebas upahnya sebesar 62 sen/hari tanpa mendapat fasilitas apapun.
Pada tahun 1918 kota Sawahlunto telah dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 778 Ha, atas keberhasilan kegiatan pertambangannya. Adanya angkutan kereta api telah mendorong produksi pertambangan batu bara memberikan hasil yang positif, dimana pada tahun 1920 produksi batu bara dari hanya puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton per tahun, dari usaha yang rugi menjadi menjadi usaha dengan laba besar sampai 4,6 juta gulden dalam setahun. Sehingga sampai pada tahun 1930, kota ini telah berpenduduk sebanyak 43.576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang Belanda (Eropa).
Setelah kemerdekaan Indonesia, selanjutnya hak penambangan dikelola oleh negara dan diberikan kepada PT Tambang Batubara Ombilin (TBO), namun kemudian perusahaan ini dilikuidasi menjadi anak perusahan dari PT. Bukit Asam yang terdapat di Sumatera Selatan. Dan seiring dengan reformasi pemerintahan dan bergulir otonomi daerah, masyarakat setempat pun menuntut untuk dapat melakukan penambangan sendiri.

itu sejarah sawwahlunto,
jadi kangen sawahlunto. 

Analisis Perbedaan struktur kognisi manusia dengan arsitektur computer serta kelemahan dan kelebihannya

        Struktur kognisi manusia dapat dijelaskan dengan pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku. Pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya dan dapat dilihat dari berbagai model, salah satu model yang saya jelaskan disini adalah Model Pemprosesan Informasi . 
        Pendekatan ini merumuskan bahwa kognitif manusia sebagai suatu system yang terdiri atas tiga bagian: (1) input, yaitu proses informasi dari lingkungan atau stimulasi yang masuk kedalam reseptor-reseptor panca indra dalam betuk penglihatan, suara, dan rasa 
(2) Proses, yaitu pekerjaan otak untuk mentransformasikan informasi atau stimulus dalam cara yang beragam (3)Output, yang berbentuk tingkah laku, seperti bicara,menulis, interaksi sosial, dan sebagainya. 

     Penjelasan lain Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne,l976: 71). Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. 

Selanjutnya pengertian arsitektur komputer, sampai saat ini komputer sudah mengalami perubahan dari model awalnya, walaupun begitu semua komputer memiliki arsitektur dasar yang sama. Skema computer (computer schema), adalah diagram yang menggambarkan unit-unit dasar yang terdapat dalam semua sister komputer.
 
 Gambar 1. skema komputer 

1. Central processing unit (CPU), yang mengendalikan semua unit sistem computer yang lain dan mengubah input menjadi output.
• Primary storage (penyimpanan primer), berisi data yang sedang diolah dan program. 
• Control unit (unit pengendali), membuat semua unit bekerja sama sebagai suatu sistem 
• Arithmatika and logical Unit , tempat berlangsungkan operasi perhitungan matematika dan logika. 

2. Unit Input, memasukkan data ke dalam primary storage. 

3. Secondary storage (penyimpanan sekunder), menyedikan tempat untuk menyimpan program dan data saat tiak digunakan.

4. Unit Output, mencatat hasil pengolahan. 


 Kelebihan dan kekurangan dari struktur kognisi yaitu
 Kelebihan : 
  • Struktur kognisi lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.
  • Banyak memberi motivasi agar terjadi proses belajar. 
  • Mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.  
Kekurangan : 
  • Membutuhkan waktu yang cukup lama. 


Kelebihan dan kekurangan dari arsitektur computer: 

 Kelebihan: 
1. Memiliki processor yang berjumlah lebih dari satu. 
2. Bisa digunakan oleh banyak pengguna (multi user). 
3. Dapat membuka beberapa aplikasi dalam waktu bersamaan 
4. Menggunakan teknologi time sharring.
5. Kecepatan kerja processornya hingga 1GOPS (Giga Operations Per Second).

 Kekurangan: 
1.Karena ukurannya yang besar, maka diperlukan ruangan yang besar untuk menyimpannya. 
2. Harganya sangat mahal. 
3. Interface dengan pengguna masih menggunakan teks. 
4. Kerjanya sangat lama. 
5. Membutuhkan daya listrik yang sangat besar. 


        Jadi dari penjelasan di atas saya dapat menganalisa bahwa terlihat perbedaan diantara keduanya, struktur kognisi manusia bisa dikontrol oleh lingkungan tapi yang berperan penting dalam pengontrolan tingkah laku adalah manusia itu sendiri sedangkan dalam arsitektur komputer yang mengontrol adalah manusia. Dapat dikatakan bagaimanapun sebagus dan secanggih apapun computer lebih canggih lagi kognisi manusia.



 Sumber: 
  • http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/TEORI_PERKEMBANGAN.pdf 
  • http://www.google.co.id/urlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0CFQQFjAI&url=http%3A%2F%2Fblog.elearning.unesa.ac.id%2Fpdf-archive%2Fpegertian-struktur-kognisi-manusia.pdf&ei=yg_sT-7DNoyzrAfep6HNBQ&usg=AFQjCNFcB0LHlQPvKG-vAOPHpE0HbSNW2g&sig2=eCMG6P2VPMWKc_Dh4m5bbw
  • yohanes_ari.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../pemrosesan+komp.pdf

Kamis, 12 Januari 2012

Apakah kecanduan internet pertanda depresi?

Dikatakan oleh Fransiska Ari Wahyu (2010) dalam blognya yang berjudul Apakah kecanduan internet pertanda depresi? bahwa “ Orang yang menghabiskan waktu lama untuk berselancar di dunia maya memiliki kecenderungan depresi. Namun, belum bisa dipastikan apakah internet memicu orang depresi atau justru karena depresi orang menjadi keranjingan internet.”

Nah, kalau menurut saya karena depresi orang menjadi keranjingan internet dan juga karena internet mereka menjadi depresi.

Alasannya karena dalam kehidupan nyatanya si pecandu internet kurang mendapatkan kesenangan dan merasa kekurangan. Menurut Frank J., Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997) mengemukan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, salah satunya adalah Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan. Telah dijelaskan oleh Frank J. tidak adanya pemenuhan kepuasan dalam kehidupannya membuat si pecandu beralih ke internet.

Di dunia maya ini si pecandu mendapatkan kepuasan dan kesenangan, sehingga mereka merasa nyaman ketika berhadapan dengan monitor dan bisa saja sampai berjam-jam. Akan tetapi jika terlalu lama si pecandu berinternet-ria bisa menyebabkan depresi juga.

“ Kecanduan internet bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Selain itu bisa menyebabkan merasa gelisah jika tidak berinternet-ria sehari saja.Yang akhirnya bisa membuat orang depresi.”

Jadi, intinya kita gunakan internet sewajarnya jangan terlu berlebihan. Menurut Sandra Kelly, orang pintar akan menggunakan internet untuk sesuatu yang pintar, sedangkan orang bodoh akan memanfaatkan internet untuk sesuatu yang bodoh. J

Sumber: http://ictwatch.com/internetsehat/2010/02/25/internet-bikin-otak-kita-tumpul-2/

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/apa-itu-depresi/

Fransiska Ari Wahyu

Kamis, 31 Maret 2011

KESESAKAN

menurut altman(dalam hendro prabowo,1998), keasesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interakksi manusia dengna lainnya dalam suatu pasangan atau sekelompok kecil.
kesesakan dikatakan sebagai keadaan motivasional yang merupakan interaksi dari faktor spasial, sosial dan personal, dimana pengertiannya adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang sehingga timbul kebutuhan akan ruang yang lebih luas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESESAKAN :
1. Personal :
a. Kontrol pribadi dan locus of control, seligman dan kawan-kawan mengatakan bahwa kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah tidak mempunyai kontrol lingkungan di sekitarnya, sehingga kesesakan dapat dikurangi pengaruhnya bila individu tersebut memainka peran kontrol pribadi di dalamnya. individu yang mempunyai locus of control, yaitu kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwwa keadaa yang ada di dalam dirinyalah yan berpengaruh terhadap keidupannya.
b. Budaya,pengalaman dan proses adaptasi,
c. jenis kelamin dan usia

2. Faktor sosial
a. Kehadiran dan prilaku orang lain, individu merasa terganggu dengan kehadiran orang lain.
b. Formasi koalisi, meningkatnya kepadatan sosial akan dapat meningkatan kesesakan.
c. Kualitas hubunganindividu mempercayai bahwa orang lain mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya merasa kuran mengalami kesesakan bila berhubungan dengan orang-orang tersebut.
d. Informasi yang tersedia, individu yang tidak mempunyai informasi tentang kepadatan merasa lebih sesak daripada individu yang sebelumnya mempunyai informasi tentang kesesakan.

3. Faktor fisik
Altman, Bell dkk, Gove & Hughes (dalam hendro prabowo,1998)mengatakan bahwa adanya faktor situsional sekitar rumah sebagai faktor yang mempengaruhi kesesakan, faktor tersebut antara lain:
a. Besarnya skala lingkungan
b. variasi arsitektual

Pengaruh kesesakn terhadap prilaku
bila suatu lingkungan berubah menjadi sesak, sumber-sumber yang ada di dalamnya pun bisa berkurang, aktivitas seseorang akan terganggu oleh aktivitas orang lain, interaksi interpersonal yang tidak diinginkan akan mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya, gangguan trhadap norma tempat dapat meningkatkan gejolak dan ketidaknyamanan.

sumber :
Prabowo, hendro. 1998. Arsitektur, psikologi dan masyarakat. jsksrta: gunadarma.

Selasa, 01 Maret 2011

KEPADATAN

A. Definisi Kepadatan
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan yang digunakan adalah satuan/luas daerah, misalnya: buah/m2.
Berikut definisi kepadatan menurut beberapa ahli :
• Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
• Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
• Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
B. Kategori Kepadatan
Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu :
• Kepadatan spasial (spatial density), terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap
• Kepadatan sosial (social density), terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.
Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :
• Kepadatan dalam (inside density), yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan di dalam rumah dan kamar.
• Kepadatan luar (outside density), yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.
• Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian dan struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. sehingga suatu ewilayah pemukiman dapat dikatakan mempunyai kepadatan tinggi dan kepadatan rendah.
C. Akibat Kepadatan Tinggi
Taylor (dalam Guilfford,1982) berpendapat bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu disuatu tempat tinggal. Rumah dan lingkungan pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang baik dan nyaman seperti memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberikan kepuasan psikis pada individu yang menempatinya.
Schorr (dalam Ittelson, 1974) mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, stress dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal disana (Ittelson, 1974).
Penelitian Valins dan Baum (dalam Heimstra dan Mc Farling,1978), menunjukan adanya hubungan yang erat antara kepadatan dengan interaksi social. Mahasiswa yang tinggal di tempat padat cenderung menghindari kontak social dengan orang lain.
Penelitian yang diadakan oleh Karlin dkk. (dalam Sears dkk., 1994) mecoba membandingkan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar dengan mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar (kamar dirancang untuk dua orang). Ternyata mahasiswa yang tinggal bertiga melaporakan adanya stress dan kekecewaan, yang secara nyata lebih besar daripada mahasiswa yang tinggal berdua. selain itu mereka yang tinggal bertiga juga lebih rendah prestasi belajarnya.
Rumah dengan luas lantai yang sempit dan terbatas bila dihuni dengan jumlah individu yang besar individu umumnya akan menimbulkan pengaruh negative pada penghuninya (Jain,1987). Hal ini terjadi karena dalam rumah tinggal yang terbatas umumnya individu tidak memiliki ruang atau tempat yang dapat dipakai untuk kegiatan pribadi. Keterbatasan ruang memungkinkan individu menjadi terhambat untuk memperoleh masukan yang berlebihan. Keadaan tersebut padea akhirnya menimbulkan perasaan sesak pada individu penghuni rumah tinggal tersebut.
Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada didalamnya (Holahan,1982). Stressor lingkungan menurut Stokols (dalam Brigham, 1991), merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat negative pada perilaku masyarakat.
Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darh dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling,1978). Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).
Akibat psikis lain antara lain:
• Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas, stress (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).
• Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).
• Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher dkk., 1984).
• Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)
• Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan, 1982).
Menurut Jain (1987) banyaknya unit rumah tinggal di kawasan pemukiman menyebabkan timbulnya pemukiman padat yang umumnya menyebabkan perbandingan antara luas lantai yang didiami tidak sebanding dengan banyaknya penghuni. Jarak antara rumah tinggal dengan rumah tinggal lain yang berdekatan bahkan hanya dipisahkan oleh dinding rumah atau sekat dan tidak jarang mengakibatkan penghuni dapat mendengar dan mengetahui kegiatan yang dilakukan penghuni rumah tinggal lain. Keadaan inilah yang dapat menyebabkan individu merasa sesak.
D. Kepadatan dan Perbedaan Budaya
Menurut Koerte (dalam Budihardjo, 1991) faktor-faktor seperti ras, kebiasaan, adat-istiadat, pengalaman masa silam, struktur sosial, dan lain-lain, akan menentukan apakah kepadatan tertentu dapat menimbulkan perasaan sesak atau tidak.
Setiadi (1991) bahwa bangsa Amerika sudah dapat merasakan dampak negatif yang luar biasa pada kepadatan sekitar 1500 orang/Ha, dengan terjadinya banyak penyimpangan perilaku sosial, pembunuhan, perkosaan, dan tindak kriminal lainnya. sementara itu, di jepang dan Hongkong dengan kepadatn 5000 orang/Ha pada bagian kota-kota tertentu, tenyata angka kejahatan/kriminal di sana masih lebih rendah.


sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan

AMBIENT CONDITION DAN ARCHITECTURAL FEATURES

1. AMBIENT CONDITION
Kebisingan
Menurut Ancok (1989)keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi. Emosi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah.
Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga akan berakibat menurunnya kemampuan mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak.
Sarwono (1992) menyebutkan tiga factor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu: Volume, Perkiraan, Pengendalian
Menurut Holahan (1982) kebisingan dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus diasosiasikan dengan stress. Sementara menuruk Crook dan Langdon mengatakan terdapat hubungan antara kebisingan dengan aspek-aspek fisik, dan kesehatan mental.
Suhu dan Polusi Udara
Tingginya suhu udara dan polusi udara akan menimbulkan efek penyakit dan efek perilaku sosial seperti meningkatnya mortalitas, menguransi konsentrasi, perhatian serta timbulnya penyakit-penyakit pernafasan .
Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: warna dinding, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni.
Pencahayaan dan Warna
Menurut Fisher dkk. (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Pada dasarnya, cahaya mempengaruhi kinerja kita dalam bekerja dan dapat mempengaruhi suasana hati dan perilaku sosial kita.
Warna
Menurut Heimstra dan MC Farling, warna memiliki tiga dimensi yaitu: kecerahan, corak warna, dan kejenuhan. Sedangkan menurt Holahan (1982) dan Mehrabian &Russel warna juga mempunyai efek independen terhadap suasana hati, tingkat pembangkitan, dan sikap; dimana ketiganya mempengaruhi kinerja.
2 ARCHITECTURAL FEATURES
Estetika
Spranger membagi orientasi hidup menjadi 6 kategori, dimana nilai estetis merupakan salah satu siantaranya selain nilai ekonomi, nilai kekuasaan, nilai sosial, nilai religious, dan nilai intelektual. Sedangkan menurut Fisherdkk (1984) salah atu tujuan daridesain adalah memunculkan respon tertentu terhadap seting yang telah disediakan.
Penelitian telah menunjukkan pula bahwa kualitas estetis suatu ruangan dalam konteks keceriaan dan daya tarik dapat mempengaruhi jenis evaluasi yang kita bua ketika berada dalam seting tersebut.
Perabot
Perabot dan pengaturannya dan aspek-aspek lain dari lingkungan ruang merupakan salah satu penentu perilaku yang penting karena dapat mempengaruhi cara orang dalam mempersepsikan ruang tersebut.

sumber
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/.../AMBIENT+CONDITION+DAN+ ARCHITECTURAL+FEATURES.doc